Mungkin itu judul yang paling pantas untuk Gubernur fenomenal seperti AHOK.
Basuki Tjahaja Purnama.
Sudah pernah nonton pagelaran wayang, dengan lakon “Wisanggeni Gugat”..? syukurlah kalo sudah, bagi yang belum sempetin baca sebentar…
Wisanggeni digambarkan sebagai seorang Ksatria yang memiliki kesaktian tiada tara. Dia bisa berubah wujud menjadi Api yang menyala-nyala, bisa terbang seperti Gatotkaca, bisa ambles kebumi seperti Antareja, dan bisa hidup di air seperti Antasena.
Dia selalu dilindungi oleh Sang Hyang Wenang sehingga para Dewa tidak ada yang mampu mengalahkannya. Melihat kesaktian inilah Wisanggeni dianggap pribadi yang menyalahi kodrat.
Kelahiran Wisanggeni tidak dikehendaki oleh para dewa karena ketidakwajaran yang ada pada diriya, sehingga Batara Guru memerintahkan Batara Brahma untuk membunuh cucunya sendiri. Namun sudah ditakdirkan bahwa Wisanggeni tidak bisa dibunuh, bahkan ia bertiwikrama menjadi Api dan memporak-porandakan kahyangan. Wisanggeni tidak pernah menyerah untuk melawan ke-tidak adil-an walaupun harus berhadapan dengan kakeknya sendiri, bahkan harus berhadapan dengan Sang Hyang Jagad Giri Nata sekalipun akan ia lakukan.
Wisanggeni berasal dari kata WISA yang artinya BERBISA dan GENI yang artinya API. Tak peduli siapapun pasti dibakarnya, Musuh atau saudara, teman atau tetangga, bila menyimpang dari kebenaran akan dilawannya. Kriterianya hanya satu, membela kebenaran, dan kebatilan adalah musuhnya.
Wisanggeni itu “Mungkak kromo” tidak bisa menggunakan bahasa halus dan sopan ketika bicara dengan siapapun, sama seperti Bima. Dia selalu bicara terbuka, blak-blakan, apa adanya dan jarang berbasa-basi.
Dalam Kitab Mahabharata, Wisanggeni adalah anak Arjuna dari Dewi Dresanala. Wisanggeni lahir dan besar seketika di tengah api kawah Candradimuka dan langsung diasuh oleh banyak orang sakti termasuk Kyai Semar Badranaya dan Hanoman.
Wisanggeni tumbuh dibesarkan oleh dua Guru sakti yaitu Batara Baruna (Dewa Penguasa Lautan) dan Sang Hyang Antaboga (Rajanya Ular yang tinggal di dasar bumi), itulah sebabnya Wisanggeni punya kemampuan yang luar biasa. Di jagat pewayangan seperti yang kusebutkan tadi…. Wisanggeni bisa terbang seperti Gatotkaca dan masuk ke bumi seperti Antareja dan hidup di laut seperti Antasena.
Wisanggeni adalah wong EDAN dalam arti Bukan Gila yang sebenarnya.
Wong EDAN yang selalu menempatkan kebenaran di atas segalanya.
Wong EDAN yang sering tidak peduli situasi dan siapa yang dihadapi.
Wong EDAN yang sama sekali tidak mengenal rasa takut.
Dan keEDANan Wisanggeni ini bahkan telah menyebabkan ketakutan para dewa akan tuah yang dibawa.
Setelah Wisanggeni lahir maka Wisanggeni lah yang sering menggebuk para dewa jika mereka melakukan kesalahan dan ketidakadilan pada umat manusia, termasuk para Pendawa.
Saking saktinya, bahkan Raja Dewa yaitu Sang Mahadewa Syiwa atau Batara Guru saja kalah oleh Wisanggeni.
Dalam peristiwa kelahiran Wisanggeni diceritakan…Batara Guru sampe lari ke dunia karena di kahyangan semua dewa di buat babak belur oleh Wisanggeni yang menggugat, menuntut kebenaran.
Sifatnya yang tak bisa berbahasa halus, blak-blakan, cepals-ceplos dan tidak mengenal takut serta sering menggoncang dunia wayang dan dunia para dewa atas tindak-tanduknya yang tanpa kompromi didalam membela kebenaran itu identik dengan tokoh Basuki Tjahaja Purnama alias AHOK, Gubernur DKI Jakarta saat ini.
Dan Aku salah satu pengagumnya.
Karakter Wisanggeni yang percaya diri, lebih suka bertindak sendiri dan tidak terikat golongan manapun semakin membuat dia mirip dengan AHOK yang tidak mau terikat kepentingan partai/golongan manapun didalam menjalankan tugasnya demi rakyat.
Jika rakyat adalah penonton sebuah pagelaran wayang, maka ibarat Lakon “Wisanggeni Gugat” yang tengah mempertontonkan seorang AHOK dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan rakyat, pelayan kebenaran dan keadilan.
Kebenaran dan keadilan yang transparan serta tanpa kompromi, seakan panggung sepenuhnya menjadi miliknya…! Dan itu wujud Tanggung jawab dari SUMPAHnya kepada rakyat…!
AHOK meneriakkannya dengan lantang dan ganas. Seganas ajian Wisanggeni (Api Berbisa) yang dia keluarkan untuk membakar seluruh musuh rakyat yang korup… HARUS ada yang berteriak lantang supaya rakyat tetap terjaga bahwa kita dalam situasi berbahaya. Kalau tidak sekarang, kapan lagi. pikirnya.
Teriakannya tak lain untuk membakar semangat rakyat agar lebih kritis dan waspada terhadap para wakil dan pemimpinnya… Sekaligus menelanjangi, membuka mata rakyat Indonesia dan memberi contoh kepada para pejabat dan kepala daerah lain agar bertindak serupa.
Ketika AHOK terus memainkan Apinya, Api itu akan terus menyala, tidak pernah mati dan akan terus berkobar mencari mangsa para penjahat dan koruptor sambil berteriak: “BAJINGAN MALING DUIT RAKYAT HARUS KITA SIKAT”
Api yang dinyalakan AHOK telah menjebol dinding pertahanan strata kemunafikan. Bagaikan melihat tarian sang “Wisanggeni Gugat” yang telah membuat para Dewa kahyangan merasa takut kalau sampai AHOK menjadi ikon baru dalam perlawanan terhadap kejahatan dan penyimpangan dalam pemerintahan.
AHOK adalah Lonceng Kebangkitan
bagi warga DKI dan Rakyat Indonesia.
AHOK juga Lonceng Kematian
bagi Mafia maling Anggaran.